![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdkDfavMpwtA0E5f06Pf_ithBCmuQpldr8kqfvZ9hEffCkhum5GHa8Kj8mFssYxmp82_uLXESjR7S-6GNzVgPR5uy1H4wcttYGfXhb9Qq7S2SoSZiDlF-QO4ZlrM4AZasH7BhWej3owR0/s320/analab1.gif)
3 bulan setelah dilakukan operasi, sang fistula tidak kunjung sembuh juga. Operasi dengan biaya yang lumayan tinggi ternyata tidak selalu membuahkan hasil yang maksimal. Sang bisul kecil masih tetap 'hidup', meski secara kasat mata sudah tidak terlihat. Sembuh diluar, masih meradang di bagian dalam. Begitulah...
Beberapa bulan kemudian keluarga mengantar Felix ke satu rumah sakit kecil di Pematang Siantar, sekitar 3 jam dari Medan. Petunjuk dari seorang teman ayah mempertemukan keluarga dengan seorang dokter turunan Jerman, yang terus terang namanya saya sudah lupa. Setelah memeriksa kondisi fistula, dokter Jerman itu dengan enteng mengatakan bahwa "Saya mengobati bukan dengan operasi, operasi pada fistula seperti ini sering gagal. Yang ini, meski masih berupa percobaan, saya jamin bisa sembuh 200 persen.". Ha! Dia yakin 200% sembuh...luar biasa...
Ternyata caranya cukup sederhana, seton berupa seutas benang atau karet diikat masuk ke lubang fistula keluar dari lubang [sekali lagi maaf] anus, kemudian diikat kuat-kuat. Tujuannya adalah memotong fistula secara perlahan-lahan, hari demi hari, sekaligus menyembuhkannya. Ikatan ini secara teratur diperkuat setiap 1 atau 2 hari berikutnya, sampai saatnya terlepas dengan sendirinya. Kebersihan lubang fistula harus tetap diperhatikan selama proses penyembuhan. Saat benang terlepas, itulah saat yang dinanti, artinya fistula sudah sembuh. Hm...dan sesuai dengan perkataan dokter turunan Jerman tadi, 200% sembuh total... Luar biasa.
Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat. :)