Selasa, 28 Agustus 2007

'MELIHAT' DENGAN SUARA

Mata merupakan indra yang sangat penting. Kedua mata kita menghasilkan gambar stereo yang bermanfaat dalam melihat bentuk suatu objek. Meski begitu tidak semua makhluk hidup 'melihat' dengan mata, kelelawar memanfaatkan pantulan suara yang dipancarkan untuk mencari makan dan menghindar dari halangan. Begitu juga dengan lumba-lumba, pantulan suara yang dihasilkannya mampu 'melihat' bentuk objek tersembunyi, seperti ikan kecil di balik pasir. :) Teknik ini disebut echolocation.

Ben Underwood, saat ini berusia 15 tahun, tinggal di Sacramento California. Sejak kecil kedua mata Ben harus diambil untuk mencegah penyakit kanker yang dideritanya menular ke organ lain. Sejak usia 6 tahun Ben suka membuat suara-suara dari mulutnya, yang pantulannya dapat didengar oleh telinga, ternyata Ben sedang mencoba 'echolocation'. Saat ini dengan mata palsu yang terbuat dari plastik dan mulut yang selalu mengeluarkan bunyi 'click' Ben dapat berjalan tanpa bantuan pemandu. Dengan mendengar pantulan suaranya sendiri, Ben mampu menetukan bentuk benda, sampai tingginya. Dari file video yang saya saksikan, Ben mampu mengenali objek yang menghalangi jalan dan mampu mencari jalan keluar dari halangan. Ben bermain sepeda, sepatu roda, game, dan lain-lain sama seperti remaja seumurnya. Aneh... tapi ini kenyataan, bahwa dengan berlatih secara rutin, memancarkan suara 'click' dan mendengar gemanya seorang buta mampu 'melihat' dan mengenali objek.

Bagaimana dengan kebanyakan orang buta yang tidak mampu memanfaatkan suara 'click' ini? Sebenarnya dengan teknologi saat ini, kita dapat membantu orang buta 'melihat' dengan mata suara. Teknik yang digunakan tidak berbeda dengan teknik kelelawar atau lumba-lumba. Dengan investasi alat berkisar 300-an ribu rupiah, diharapkan pengguna alat ini mampu 'melihat' rintangan dan mampu mengukur jarak, ketinggian serta kedalamannya. Kacamata yang dipakai adalah kacamata murah pinggir jalan seharga 20 ribu rupiah. Pemancar dan penerima suara dan peralatan 'mini' pendukungnya ditempatkan di depan kacamata, tepat diantara 2 mata dengan dudukan kacamata tegak lurus ke depan. Perangkat pembangkit sinyal sinus ditempatkan pada bagian sisi kanan atau kiri kacamata, plus baterai isi ulang. Pengguna akan mendengar suara terus menerus melalui earphone mini, semakin tinggi frekuensi suara berarti semakin dekat jarak suatu objek. Dengan berlatih rutin menggunakan alat ini, pengguna secara perlahan-lahan dapat mengetahui dengan pasti jarak dan bentuk suatu objek.

Ke depan, alat ini diharapkan mampu melihat dan mengenali manusia. Teknologi robot RoHImIn dapat dimanfaatkan untuk mengenali warna, mendeteksi gerak bahkan mengenali wajah. Dengan menambah 2 unit kamera mini (webcam saja) dan mini PC (masih dalam proses), kita dapat lebih memaksimalkan fungsi kacamata menjadi 'mata bionic'! PC mini agak sulit ditemukan, laptop dengan baterai hanya bertahan 1 jam, yang terbaik sepertinya PDA dengan sistem operasi standar Windows. :)

Tidak ada komentar: